Senin, 06 Desember 2010

Festival Penyu - Turtle Festival 2011 Kepulauan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2011

A. Latar Belakang

Kepulauan Pulau Banyak yang terdiri dari Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, berada di kawasan Pantai Barat Sumatera dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kepulauan Banyak merupakan gugusan pulau-pulau penuh dengan pantai ajaib, bukit karang dan hutan murni yang menghadirkan sebagian dari keanekaragaman hayati (biodiversity) yang mengesankan dan yang terpenting di Kabupaten Aceh Singkil.

Kepulauan Banyak berdasarkan legenda terdiri dari 99 pulau besar dan kecil, tetapi dari hasil pendataan dan survey Pulau Banyak terdiri dari 64 pulau (Ruben Vanegas/Lucia Morales, 2009). Populasi penduduk + 7.800 orang, yang menyebar di tujuh 7 desa dan di 2 kecamatan; Pulau Baguk, Pulau Balai, dan Teluk Nibung di Kecamatan Pulau Banyak dan Haloban, Asantola, Ujung Sialit dan Suka Makmur di Kecamatan Pulau Banyak Barat.

Kepulauan Banyak ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan / Kepmenhut Nomor: No.596/Kpts-II/1996 sebagai Kawasan Taman Wisata Alam (laut) Kepulauan Banyak dengan luas 227.500 ha (15.000 ha daratan) terdiri dari 99 buah pulau besar dan kecil, diantaranya Pulau Balai, Pulau Tuangku, Pulau Teluk Nibung dan Pulau Bangkaru, yang merupakan perwakilan beberapa tipe ekosistem, contohnya terumbu karang penghalang (barrier reefs), lamun, mangrove, hutan hujan dataran rendah dan hutan pantai di Sumatera.

Seluruh Kepulauan Banyak memiliki potensi potensi keanekaragaman ekosistem terumbu karang yang tinggi. Pantai Amandangan dan sekitarnya di Pulau Bangkaru (± 6.000 ha) merupakan habitat peneluran penyu laut. Jenis-jenis penyu tersebut antara lain penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochely simbricata) dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae). Rata-rata sekitar 2-20 penyu per malam naik ke pantai untuk bertelur setiap malam.

Mengingat potensi keanekaragaman hayati yang tinggi dan keindahan alam hutan hujan tropis, pasir pantai putih, gugusan pulau-pulau yang saling berdekatan merupakan objek dan daya tarik tujuan wisata (ODTW) di Kepulauan Banyak Kabupaten Aceh Singkil, potensi yang ada sebagai modal dasar pengelolaan kepariwisataan yang ideal dengan daya dukung kawasan, status kawasan dan adanya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata di Pulau Banyak.

Beranjak dari perjalanan kepariwisataan di Pulau Banyak pernah mengalami masa puncak pada periode tahun 1994-1997, rata-rata kunjungan wisatawan luar negeri mencapai 2.000 orang/tahun. Perang Teluk di Irak, konflik Aceh dan bencana gempa dan Tsunami merupakan faktor tingkat kunjungan wisatawan luar negeri menurun dratis. Faktor lain adalah kurang optimalnya promosi yang dilakukan, sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan serta belum adanya konsep pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik kawasan.

Yayasan Pulau Banyak, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Departemen Pariwisata Republik Indonesia, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, Pemerintah Provinsi Aceh beserta dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, Pemerintah Kecamatan Pulau Banyak dan stakeholders di Kecamatan Pulau Banyak sejak tahun 2007 melakukan dan mendorong kegiatan ekowisata di Pulau Banyak. Kegiatan membangun dan mendorong program pengembangan ekowisata yang telah dan sedang dilakukan Yayasan Pulau Banyak diantaranya:

• Pembentukan kelompok dan pelatihan Jungle Trekking di Kecamatan Pulau Banyak Barat.
• Pembentukan kelompok dan pelatihan Sea Kayaking di Kecamatan Pulau Banyak Barat dan Kecamatan Pulau Banyak.
• Fasilitasi penetapan sistem biaya (karcis) bagi wisatawan yang berkunjung ke Kawasan konservasi dan di Pulau Banyak.
• Konservasi Penyu dan atraksi Turtle Watching (Melihat Penyu).
• Design akomodasi ekowisata Pulau Banyak
• Kursus Bahasa Inggris bagi Pemandu Wisata dan Kelompok Ekowisata.
• Kerangka rencana dan Rencana Menajemen Ekowisata Pulau Banyak.
• Promosi Ekowisata Pulau Banyak.
• Visitor Centre (Pusat Informasi Ekowisata Pulau Banyak).
• Survey dan monitoring obyek dan daya tarik pariwisata di Kecamatan Pulau Banyak sebagai informasi dalam kegiatan kepariwisataan.
• Pembentukan dan pembinaan Lembaga Ekowisata Pulau Banyak (LEPuB).
• Pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional dan budaya Pulau Banyak
• Pelatihan masak-memasak kepada pengelola rumah makan dan restoran dan ibu-ibu rumah tangga di Kepulauan Pulau Banyak.
• Pelatihan ketrampilan dan souvenir di Kepulauan Pulau Banyak
• Festival Penyu Tahun 2010 di Kepulauan Pulau Banyak.

Kegiatan pengembangan ekowisata diatas, merupakan salah satu langkah untuk mempersiapkan masyarakat sebagai pelaku dan membentuk kemandirian dalam pengelolaan kepariwisataan di Kepulauan Banyak khususnya dan Kabupaten Aceh Singkil pada umumnya. Namun, perlu disadari minimnya sarana dan prasarana pendukung bidang kepariwisataan di Kepulauan Banyak dan belum optimalnya promosi yang dilakukan serta beberapa faktor lainnya. Hal tersebut berdampak pada tingkat kunjungan yang masih relatif kurang, dibandingkan dengan era tahun 1990.

Yayasan Pulau Banyak bermitra dengan Lembaga Ekowisata Pulau Banyak, Pemerintah Kecamatan Pulau Banyak, Stakeholders di Kecamatan Pulau Banyak dan didukung Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Singkil , Pemerintah Propinsi Aceh dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, telah melakukan Festival Penyu 2010 di Kepulauan Banyak dan akan laksanakan Festival Penyu 2011 pertengahan tahun 2011.

Festival Penyu 2010 telah diselenggarakan dengan anggaran yang sangat minim dan tenaga tanpa honor. Hasil dari Festival 2010 sangat memuaskan semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Festival Penyu adalah satu event yang akan diselenggarakan setiap tahun dan akan menjadi event terkemuka di Indonesia. Festival Penyu 2010 dikunjungi oleh Gubernur Aceh, H. Deddy Mizwar sebagai Duta Penyu, artis dari Jakarta dan banyak wartawan, termasuk lima stasiun televisi. Festival Penyu adalah event unik karena betul-betul melibatkan masyarakat dan secara langsung menguntungkan mereka.


B. Tujuan Kegiatan

Tujuan pelaksanaan Festival Penyu Tahun 2011 merupakan salah satu upaya untuk menampilkan potensi dan daya tarik alam, budaya serta kekayaan sumber daya alam Pulau Banyak. Perkembangan kesenian tradisional seiring dengan proses waktu semakin jauh dan terlupakan, sehingga banyak jenis kesenian trasional yang hilang ditengah-tengah masyarakat. Melalui Festival Penyu, kesenian tradisional, permainan tradisional dan budaya masyarakat Pulau Banyak kembali digali dan ditampilkan. Banyak kegiatan kesenian tradisional, permainan tradisional dan budaya akan dilaksanakan dalam Festival Penyu, misalnya: drama histori Rajo Bajaput dan Cerita Rakyat lainnya, serta pelombaan banyak permainan tradisional.

Festival Penyu merupakan ajang promosi kepariwisatan Pulau Banyak yang akan menampilkan potensi alam dan daya tarik objek wisata. Kegiatan Festival Penyu akan memberi dampak ekonomi kepada masyarakat dan berjalannya usaha jasa bidang pariwisata dengan kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang memberi dampak kepada: akomodasi (hotel dan losmen), restauran (rumah makan, warung), kelompok ekowisata (jungle trekking, kayaking dan pemandu), jasa usaha transportasi (pesawat, mobil, bis, kapal, ojek),

Festival Penyu juga merupakan ajang memperingati hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kabupaten Aceh Singkil dan Hari Penyu Laut Sedunia. Kampanye dan sosialisasi lingkungan hidup dan konservasi dalam kegiatan Festival Penyu meliputi kegiatan seperti: Lomba kebersihan desa, penghijauan dan kebersihan sekolah, penulisan essay lingkungan hidup, ceramah agama tentang lingkungan hidup, kerajinan tangan lingkungan hidup, merajut motif penyu, puisi lingkungan hidup, drama lingkungan hidup, pidato lingkungan hidup, dan kegiatan lingkungan hidup lainnya.

Pelaksanaan Festival Penyu 2011 di Pulau Banyak juga akan dihadiri dan dimeriahkan oleh beberapa publik figur sebagai Duta Penyu, tiga penyanyi terkemuka (termasuk artis luar Negeri) dan grup band yang termasuk yang paling populer di Indonesia. Festival Penyu 2011 akan jadi jauh lebih menarik dan heboh lagi daripada Penyu Festival 2010. Pembukaan Festival Penyu 2011 diharapkan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia atau Gubernur Aceh atau Bupati Aceh Singkil dan para pejabat instansi/dinas Kabuapten Aceh Singkil.





C. Sasaran Kegiatan

Sasaran umum dari kegiatan Festival Penyu Kepulauan Banyak yang akan dilakukan adalah:
• Adanya upaya pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional, budaya dan permainan tradisional masyarakat Kepulauan Banyak.
• Promosi pariwisata Kepulauan Banyak khususnya dan Kabupaten Aceh Singkil umumnya, sebagai agenda tahunan pelaksanaan promosi bidang kepariwisataan.
• Adannya wadah dalam mengkampanyekan, mensosialisasikan pendidikan lingkungan hidup dan konservasi di Kepulauan Banyak khususnya dan Aceh Singkil pada umumnya.
• Adanya upaya dalam rangka menarik dan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara ke Kepulau Banyak.
• Peningkatan multi efek ekonomi di Kepulauan Banyak dan pemberdayaan pelaku jasa usaha pariwisata.
• Adanya keterlibatan para pihak di Kepulauan Banyak dalam mensosialisasikan dan menjadikan masyarakat Pulau Banyak sebagai masyarakat pariwisata.
• Meningkatkan rasa bangga di Masyarakat Kepulauan Banyak.


D. Bentuk Kegiatan

• Pergelaran kesenian dan budaya tradisional
• Perlombaan permainan tradisional
• Perlombaan olahraga
• Perlombaan ketrampilan
• Perlombaan Pendidikan lingkungan hidup antar sekolah
• Perlombaan antar Desa/kampong
• Perlombaan pembuatan blogspot promosi Pulau Banyak
• Pameran kerajinan/Souvenir
• Ceramah Agama
• Kunjungan dan kampanye pariwisata, lingkungan dan konservasi oleh Duta Penyu (public figure)
• Hiburan oleh beberapa artis terkenal dari Jakarta dan luar Negeri
• Kegiatan untuk anak yang bersifat membangun dan mendidik.
• Kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dengan tema festival.


E. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Festival Penyu 2011 akan dilaksanakan tanggal 14 - 20 Juni 2011 di Pulau Balai di Kepulauan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh.










F. Pelaksana dan Keterlibatan Para Pihak

Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Festival Penyu 2011 adalah Festival Penyu, satu bagian dari Yayasan Pulau Banyak. Keterlibatan para pihak dalam pelaksanaan kegiatan Festival Penyu, selain dari unsur Pemerintah Kecamatan Pulau Banyak, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Singkil, Pemerintah Propinsi Aceh, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh juga akan melibatkan para pihak diantaranya:

• Lembaga Ekowisata Pulau Banyak (LEPuB) yang dibina oleh Yayasan Pulau Banyak (YPB)
• Lembaga Mukim, Adat dan Kebudayan Pulau Banyak
• Majelis Pertimbangan Ulama Pulau Banyak
• Kepala Desa/kampong dalam wilayah Kepulauan Pulau Banyak
• Organisasi kepemudaan dan kesenian tradisional Kepulauan Pulau Banyak
• Pelaku jasa usaha pariwisata Pulau Banyak dan Aceh Singkil
• Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Aceh Singkil
• Mitra kerja Yayasan Pulau Banyak
• Media cetak dan elektronik
• Biro dan agen perjalanan wisata
• Sponsor dan donatur yang tidak mengikat
• dan pihak-pihak lain yang peduli dan berkeinginan untuk membantu dan mensukseskan pelaksanaan kegiatan Festival Penyu 2011 di Pulau Banyak.


G. Penutup

Keberhasilan dan suksesnya pelaksanaan Festival Penyu 2011 tidak terlepas dari faktor kebersamaan dan dukungan semua lapisan masyarakat Kepulauan Banyak sendiri dan para pihak. Dengan suksesnya pelaksanaan Festival Penyu 2011 di Pulau Banyak kita membangun atas kesuksesan Festival Penyu 2010 dan akan mengembangkitan kembali pariwisata di Kepulauan Banyak pada khususnya dan Kabupaten Aceh Singkil pada umumnya. Festival Penyu di Kepulauan Banyak sudah jadi agenda tahunan dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Aceh Singkil pada khususnya dan Aceh pada umumnya.

SURAT DARI Mr. BRADUT FLORESCO TANGGAL 06-12- 2010

Mr. Bradut Floresco adalah orang Romania (Eropa Timur) yang menetap di Thailand. Bulan November beliau membawa empat turis dari negaranya sendiri. Turis tersebut belum terbiasa dengan perjalanan yang merupakan petualangan. Waktu Festival Penyu 2010. Mr. Bradut mengunjungi Pulau Banyak dan langsung jatuh cinta. Beliau merasa Aeh Singkil ini sangat indah dan menarik. Sewaktu pulang ke negaranya, beliau mepromosikan dan merayu empat turis tersebut untuk ikut keliling Aceh dan Sumut. Kemudian Mr. Bradut menghubungi Yayasan Pulau Banyak.

Bersama PEPAL di Singkil dan Lembaga Ekowisata Pulau Banyak (LEPuB) kami menawarkan sebuah paket perjalanan. Mereka datang dari Ketambe melalui rafting di sungai sampai ke Gelombang dan dari Gelombang mereka naik bot sungai sampai ke Kota Singkil. Di Singkil mereka diterima oleh Pepal. Mereka menginap dua malam di Singkil dan dibawa keliling oleh Pepal di Rawa Singkil. Setelah itu mereka lanjut ke Pulau Banyak dimana mereka pergi kayaking selama tiga hari bersama Napoleon Kayaking Pulau Balai/Baguk. Mereka berkemah di pulau kecil. Setelah Pulau Banyak mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Danau Toba.

Saya (Mahmud Bangkaru) baru terima surat dari Mr. Bradut Floresco tentang pengalaman mereka. kami telah menterjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia, Karena surat Mr. Bradut (biasa dipanggil Brad) sangat menarik dan memuji orang-orang Aceh Singkil,. Versi aslinya dibawa versi Bahasa Indonesia.

2010.12.06

Kepada Yth, Bapak Bangkaru,

Saya baru pulang ke Thailand, sedang minum kopi dan menikmati koneksi Internet. Tugas pertama saya adalah mengirimkan “feedback” (hasil pengalaman) dari bagian perjalanan kami yang dilaksanakan di Singkil dan Pulau Banyak.

Saya bisa menyimpulkan semua pengalaman tersebut dengan kata: “WOW. Bukan hanya keindahan yang luar biasa dari tempat-tempat itu, tapi mungkin lebih karena tingkat mutu pelayanan yang diberikan kepada kami oleh PEPAL dan Yayasan Pulau Banyak.

Sepertinya semua cowok itu sudah sarjana pariwisata. Semua berjalan dengan sempurna. Sebelumnya dan sesudahnya kami tidak pernah melihat pelayanan, perhatian, dan koordinasi seperti itu dan mereka pun kalahkan tempat pariwisata yang lebih terkenal di Negara maju.

Saya tidak tahu apakah anda yang telah memberikan instruksi kepada mereka tentang semua itu, tetapi rasanya seperti mereka sudah biasa mengurus tour Ekowisata sejak lama sekali. Siapapun yang melatih mereka patut mendapatkan tepuk-tangan yang luar biasa. (Komentar Mahmud B.: PEPAL belum dapat pelatihan sebelumnya dan Napoleon Kayaking telah dilatih oleh Abdul Halim dari Jerman).

Mari kita lanjutkan surat ini langkah demi langkah.

SINGKIL

Tempat ini sangat menakjubkan dan saya heran, kenapa belum terkenal. Sungainya, jalur-jalur air kecil, fauna dan flora tidak bisa dikalahkan oleh tempat lain di dunia ini. Betul-betul seperti surga bagi pecinta alam.

Anggota PEPAL menyambut kami di hotel, mereka memberi makanan dan menghibur kami setelah perjalanan kami yang panjang dan melelahkan dari Ketambe. Besok paginya kami sarapan pagi di jembatan sungai dan kemudian kami menghabiskan waktu menyusuri Sungai, menikmati hutan asli dan kehidupan di desa tradisional. Presis seperti di film.

Beberapa pikiran untuk kedepan:

- Bang Harun perlu berlatih bahasa Inggris lebih keras, karena sebagai pemandu ekowisata di Rawa Singkil harus bisa menjawab banyak sekali pertanyaan.

- Dua hari satu malam di Rawa adalah opsi yang cukup menarik karena kebanyakan binatang bisa dilihat subuh.

- Karena itu kami telah berbicara tentang membangun sebuah bungalow diatas Pulau Seribu dimana rombongan turis bisa dapat makan dan tidur.

- PEPAL telah menanyakan kepada saya kalau saya bersedia membantu membangun bungalow tersebut, biayanya diestimasikan 10 juta. Saya mau pikirkan hal ini, tapi kalau jadi harus ada perjanjian yang panjang. Tolong beri saran tentang ini.

- Karena perahu yang dipakai sekarang hanya muat 5 tamu selain supir dan guide, saya menyarankan agar ada perahu alternativ kalau ada grup yang lebih besar.

Itulah semua tentang Singkil. Saya tidak punya keluhan apapun, sama sekali tidak ada keluhan!

PULAU BANYAK

Ya Tuhan, Lukman adalah seorang yang sangat luar biasa bagus! Di mana anda ketemu dia? Dia seorang genius. Sangat pintar, sangat berhati-hati, sangat berperasaan dan sangat pintar Bahasa Inggris. Dia selalu tahu apa yang kami mau sebelum kami buka mulut. Dia luar biasa dan begitu juga dengan anggota lain di Yayasan PB.

Tempat yang mereka pilih sangat sempurna. Makanan sangat enak, kemah oke (dua yang agak bocor, tapi tak jadi masalah besar), tukang masak dan pemandu melayani kami seperti kami Raja dan Ratu.

Sekali lagi, tak ada keluhan apapun, hanya beberapa hal yang saya pernah diskusikan dengan Lukman untuk ke depan:

- Membangun WC sederhana di Pulau Asok agar turis tidak buang kotoran dimana-mana keliling pulau. Pupuk organik memang bagus untuk tumbuh-tumbuhan lokal, tapi setelah 10 atau 20 grup mungkin pulau ini akan mulai berbau J

- Kalau juga ada tempat mandi yang sederhana karena air sumur di pulau itu kurang aman (terlalu banyak larvae yang berenag didalamnya). Cukup dengan beberapa drum air dan alat shower saja. Kami telah coba dan itu cukup bagus.

- Mungkin perlu tambahan latihan formal di bidang kayaking juga karena tamu kami ingin mendapat pengalaman sebagus mungkin.

- Pakai kasur yang lebih tebal didalam kemah karena banyak batu dan pecahan karang di tempat camping.

Itu semua. Saya minta maaf karena tak ada keluhan J

Saya merencanakan tiga sampai empat tour tahun depan, mulai akhir Februari atau awal Maret. Kali ini, saya akan tambah dengan kunjungan ke Pulau Bangkaru supaya orang dapat menyaksikan keajaiban hidup. Apakah anda setuju dengan itu? Berapa hari yang anda sarankan?

Melihat gambaran besar kerja sama kita kedepan , ada dua hal yang saya ingin diskusikan dengan anda.

1. Pembayaran. Karena untuk mendapat uang tunai di Aceh seperti mimpi buruk. Saya akan lebih suka membayar segala sesuatu jauh sebelumnya melaui bank transfer. Untuk itu sebaiknya Yayasan membuka rekening khusus Euro (€) agar saya bisa melakukan pembayaran langsung secara on-line. Kemarin kami mengalami kekurangan uang tunai karena salah satu peserta mengalami kecelakaan di Medan dan kami terpaksa mengeluarkan US$ 500 di rumah sakit. Saya benci hal seperti itu terjadi. Apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk hal itu?

2. Prosedur. Untuk tour selanjutnya, Lukman dan team PEPAL menyarankan bahwa kita melanjutkan seperti kemarin dan mengurus melalui anda. Karena saya tahu anda sangat sibuk dan hanya melakukan ini untuk membantu pariwisata lokal, marilah kita cari solusi agar anda dapat informasi tentang hal yang besar dan penting dan ada satu orang di PEPAL dan satu di Yayasan yang urus semua di lapangan. (Komentar Mahmud B.:Tujuan YPB adalah LEPuB urus di Pulau Banyak karena LEPub terdiri dari kelompok masyarakat ekowisata).

Cukup sekian dulu untuk semantara. Saya sedang mengedit foto dan film dari perjalanan dan saya akan kirimkan kepada anda dalam waktu dekat.

Saya ingin ucapkan terima kasih, tetapi Bahasa Inggrisku tak cukup untuk menceritakan semua kebahagiaan kami.

Terima kasih banyak, banyak, banyak

Brad

2010.12.06

Dear Bapak Bangkaru,

I am finally back home in Thailand, having a coffee and internet connection, so my first task is to send you the feedback on the Singkil-Pulau Banyak leg of our trip.

I could compress the whole feedback into one word: WOW. And it's not only about the breathtaking beauty of the places, it is mostly about the high service quality that both PEPAL and Yayasan PB provided.

It seems that all those guys have had a master degree in tourism.

Everything went perfect. Never saw so much care, attention and coordination, not even in more developed touristic areas.

I don't know if it was you who told them how to do it, but it was like they've been doing eco-trips for centuries. Whoever instructed them so well deserves a big applause.

Now, let's take it step by step.

SINGKIL

The place is fabulous and I wonder why it's so little known. The river itself, the jungle, the small canals, the fauna and flora there are second to no other place on Earth. It's a true paradise for any nature lover.

The PEPAL staff welcomed us at the hotel, brought us food and entertained us a bit after the long and exhausting trip from Ketambe.

We had breakfast at the pier, then spent the whole day up and down the river, enjoying the pristine forest and the village life. Just like in the movies.

Some thoughts for the future:

- Harun should practice his English a bit harder, since being a tour guide in Singkil swamps is a job that implies answering many questions.

- making 2D/1N trips would be an interesting option, since most wildlife is visible early morning.

- Consequently, we discussed about building a bungalow up the river at Pulau Seribu, which would serve for cooking and sleeping overnight.

PEPAL asked me if I would like to fund the building of the bungalow - an estimated investment of 10 million INR - and I take this into consideration, provided we make a long term agreement. Please advice on this.

- since the motorboat they're using now can only fit 5 people plus crew, I recommended them to find a back-up option in case of a larger group coming.

That's about all about Singkil. I have no complains, absolutely no complains, dammit.

PULAU BANYAK

Oh, Lord, Lukman is such a fabulous guy. Where did you find him? He's a genius. So smart, so careful, so intuitive and so English-speaking.

He knew what we wanted before we even opened our mouths. He's fantastic and so is the rest of the team at Yayasan PB.

The place they chose was perfect. The food was perfect, the tents were ok (two of them leaking a bit, but acceptable), the cook and the guide treated us as if we were kings and queens.

Again, no complains, just a few things I discussed with Lukman for the future:

- building a basic toilet on Pulau Asok, to prevent tourists shitting around the island. I know that organic fertilizer is good for the local flora, but after ten or twenty groups like ours coming there, the place might start to stink :-)

- also, providing some basic shower amenities, since the water in the local well is not safe (too many larvae swarming inside it); some water barrels and a shower head would be more than enough. We tested it and it worked well.

- some formal training in kayaking would be welcomed, because we'd like the people to understand and enjoy kayaking at full extent.

- equipping the tents with some thicker mattresses, since the camping ground is covered with stones and shells.

That's it. No complains, again, I'm sorry :-)

I plan to make 3 or 4 more trips next year, starting late February or early March. This time, I also intend to add an to Pulau Bangkaru, to let people witness the miracle of life. Do you think it would be appropriate? What length of stay would you recommend?

Now, having a look at the big picture of our future co-operation, there are two issues I would like to discuss with you:

1. Payment. Since getting cash is a nightmare in Aceh, I would happily pay everything in advance, through bank transfer. In order to do this, I think Yayasan should open an account in EUR, so that I can make the payment online from any location. I had a terrible cash shortage problems on this trip - since one of the team members had a small accident and had to pay the hospital 500 USD - and I hate it when it happens. Do you think we can do something about it?

2. Procedure. For the future trips, Lukman and PEPAL team advised me to proceed the same as before, arranging everything with you. Since I know you are very busy and you only do this to help local tourism, let's find a way to keep you informed only on the big, important issues and designate one person at PEPAL and one at Yayasan that I should deal with for details.

That's all for now. I am currently editing photos and films taken during the trip and will send them to you in a few days.

I should thank you, but my English is too poor to express my gratitude.

Terima kasih banyak, banyak, banyak

Brad

Jumat, 12 Februari 2010

.

PULAU BENGKARU

Ragam - Pariwisata
Kepulauan Banyak adalah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil. Untuk mencapai Pulau Bengkaru, setiap orang harus menuju Singkil terlebih dahulu. Perjalanan dari Medan bisa ditempuh dengan angkutan umum sekitar 8 jam. Ada juga Nusa Buana Air yang menyediakan penerbangan ke Singkil, tapi hanya 2 kali seminggu, Sabtu dan Senin pagi. Dan setiap pengunjung diwajibkan mengkonfirmasi terlebih dahulu ke Yayasan Pulau Banyak (YPB).
Tahun 2006, Maggie Muurmans, seorang ahli penyu dari Belanda dan Mahmud Bengkaru menghidupkan kembali Yayasan Pulau Banyak yang sempat mati suri akibat tsunami dan konflik berkepanjangan di bumi Aceh Darusalam. Dengan menggaet beberapa rekan kerja baru dan didukung LSM Yayasan Eko Lestari (YEL) yang berbasis di Medan dan Paneco –salah satu LSM berbasis di Swiss, mereka menggiatkan kembali kegiatan konservasi penyu dan ekowisata di pulau Bengkaru.
Tujuannya tidak lain untuk menjaga dan melestarikan kehidupan penyu hijau yang diambang kepunahan akibat terjaring nelayan, perdagangan telur penyu, para pengkonsumsi daging penyu, dan orang-orang yang menjadikan penyu sebagai hiasan/cinderamata. Belum lagi ulah manusia yang membuang sampah ke laut seperti gabus atau plastik yang mengakibatkan kematian bila termakan oleh tukik (anak penyu).

Untuk mencegah kepunahan tersebutlah, organisasi ini memberikan penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan workshop, pertemuan dengan tokoh masyarakat hingga membuat program pendidikan di sekolah untuk melestarikan sumber daya alam sekitar. Selain itu mereka juga menyediakan tempat bagi mahasiswa lokal maupun internasional untuk melakukan penelitian di pulau tersebut sebagai sukarelawan.

Masuk ke pulau konservasi penyu ini dikenakan biaya karena termasuk wilayah konservasi. Biayanya biasanya per paket. Termasuk dalam paket ini menginap 3 hari 2 malam, makan 3 kali sehari, dan transportasi antar jemput. Kesempatan 3 hari 2 malam tersebut diberikan agar mendapat kesempatan melakukan patroli penyu di malam hari.

Penyu yang singgah di pulau ini biasanya penyu hijau, tapi bila sedang musim, penyu sisik dan penyu belimbing, yang disebut 'nenek moyangnya penyu' juga kerap mampir. Satu keberuntungan yang luar biasa bila Anda bisa bertemu dengan penyu belimbing ini.

Biasanya, patroli dilakukan setelah makan malam, sekitar pukul 8 malam. Sepatu, senter, dan jaket merupakan peralatan yang wajib dibawa. Dan yang tidak boleh lupa, snack dan air minum tentunya. Kalau sampai lupa membawanya, dijamin waktu menunggu terasa semakin lama karena yang bisa dilakukan disana hanyalah menunggu dan menunggu.

Saat tiba di Pantai Penyu/pantai Amandangan pun senter harus dimatikan, karena penyu sangat sensitif terhadap cahaya. Mereka bisa mengurungkan niatnya untuk mampir jika melihat cahaya dari arah pantai. Kalau cukup beruntung, kita bisa melihat hingga 5 ekor penyu hijau dari 7 penyu yang singgah. Jika sedang musim (November- Maret) patroli bisa dilakukan 2 shift hingga pagi.

Di sini pula petugas berkesempatan memberi tagging. Tag ini bertuliskan nomor sehingga memudahkan pendataan apabila penyu ini kembali ke pantai Amandangan. Tagging ini juga memberi informasi batas terendah dari populasinya. Informasi ini akan menolong melindungi penyu. Selain diberi tagging, penyu ini juga didata, diukur panjang lebarnya, penyu yang ke berapa singgah ke pantai, apa yang ia lakukan, dan jumlah telurnya. Bagi penyu belimbing, micro chip diimplant agar memudahkan pengidentifikasian di negara-negara lain yang disinggahinya seperti Madagaskar dan India.

Seekor penyu hijau bisa mencapai panjang 80-90 cm dengan lebar 70-80 cm. Lain halnya dengan penyu belimbing yang bisa mencapai panjang hampir 2 meter. Penyu dalam 1 periode ( 2 minggu) bisa singgah di pantai 4 sampai 6 kali. Tidak di setiap persinggahan penyu-penyu ini bertelur, biasa hanya 2 kali persinggahan. Penyu bertelur setelah usia 25 tahun dan sekali bertelur bisa menelurkan 100-150 butir telur. Dari sekian banyak telur yang menetas, tidak semua bertahan hidup. Biasa hanya 2-3 ekor yang bertahan.

Banyak faktor yang mengakibatkan tukik- tukik ini tidak bisa bertahan. Faktor tangan manusia, faktor alam, seperti biawak yang memakan tukik ketika berjalan menuju pantai, kepiting yang membunuh di pinggiran pantai, ikan kerapu dan ikan hiu yang menjadi predator di laut, dan juga faktor alam menjadi penyebabnya. Nah, fungsi petugas YPB inilah menjaga tukik-tukik yang menuju ke pantai dari serangan biawak, elang ataupun kepiting.

Biasanya tukik menetas di pagi hari. Di Bengkaru ini Anda bisa melihat tukik-tukik keluar dari sarangnya, berjalan berlomba menuju laut lepas. Menariknya, anak- anak penyu ini adalah penyu- penyu liar, bukan dari penangkaran. Sungguh pemandangan luar biasa.

Editor: FAZARIS TANTI
(dat03/luxo)

Minggu, 17 Januari 2010